Pada Sebuah Keputusan yang seutuhnya - Ada sebuah penerimaan yang sepenuhnya

 




“Pada Sebuah Keputusan yang seutuhnya

Ada sebuah penerimaan yang sepenuhnya”

 

Aaahhh, betapa bodohnya aku, untuk yang kesekian kalinya, aku selalu terbuai akan ceritamu. Anganku terlalu tinggi, terbawa angin hilang tak berbekas.

20.10.24 telah gugur rasa juangku untuk seseorang, pupus sudah harapan, benang kusut yang kucoba rajut sedikit demi sedikit telah putus oleh sebuah cerita.

Hahahaha. Hanya tawa yang bisa menemaniku malam ini, apakah ada yang mau menemaniku di saat saat seperti ini, di saat saat aku membutuhkan orang yang bisa kuajak bercerita. Hahahahah.

.

Mungkin aku orang yang penuh dengan kebohongan, bahkan diriku saja aku bohongi, sedangkan kamu. Kamu penuh dengan kejujuran.

Tapi sebetulnya bukan itu yang ku inginkan.

.

Malam ini, anganku memuncak, hingga aku memutuskan untuk sepenuhnya berhenti. Sekali lagi kukatakan padamu, aku telah berhenti untuk mengharapkanmu. Aku tahu, rasaku telah terbuai oleh ceritamu, biarlah rasa itu ku lepas untukmu.

Dan malam ini, izinkan aku untuk menertawakan diriku sendiri, betapa bodohnya aku, hahahaha.

.

Kamu takkan tahu apa yang membuatku terluka.

Karna kamu tak pernah menanyakannya.

Ceritamu terkadang membuatku terluka, iya, kamu tak pernah tahu aku terluka.

Sebab aku selalu menutupi dan mengabaikannya.

.

Malam ini, aku terima semua sebab akibat yang ku perbuat. Sebab sebab aku menaruh harapku untukmu, dan semua akibat yang sebenarnya aku sudah tahu. Dan lagi lagi kukatakan betapa bodohnya aku.

Dan malam ini, ada sebuah penerimaan, rasa yang begitu berat untuk diterima, dan harus tetap diterima.

Aku pernah bertanya padamu.

“ apakah kita menggugurkan harapan orang lain dengan terkabulnya harapan kita, apakah ada harapan yang pupus dari tercapainya harapan harapan yang lain? “

“ kalau kamu menerima harapanku, apakah harapan yang diberikan orang lain padamu akan sia sia? Atau apakah harapanku harus terkubur karena kamu menerima harapnya? “

.

Kamu harus tahu.

Untuk sekian lama, aku hanya berharap kamu selalu baik baik saja.

Bahkan hingga saat harapanku telah sirnah untukmu, aku selalu ingin kamu merasa baik.

Itu sebabnya aku biarkan kamu tersenyum, biarkan aku yang penuh kebohongan dan dusta.

Aku mungkin pernah terluka olehmu, tapi aku tak ingin kamu mengetahuinya.

.

Untuk yang kesekian kalinya, aku bahagia memiliki rasa untukmu. Walaupun saat ini aku sedang tidak baik baik saja.

Malam ini, kutitipkan rinduku padaNya, bawakan aku pada mimpi mimpiMu, bukalah anganku dengan harapan harapan baru.

Aku berbisik kepada bumi, kuharap terdengar sampai kelangit.

 “ yang menanamkan harapku padanya adalah Engkau, maka tak mungkin makhluk sepertiku bisa mencabutnya, bahkan berusaha lupapun aku tak sanggup. Yang menanamkan harapku padanya adalah Engkau. Maka hanya Engkau yang dapat mencabutnya pula”

.

Kita adalah sebab akibat yang menimbulkan luka.

Sebab kita dihadirkan di kehidupan orang lain.

Aku di kehidupanmu – kamu di kehidupanya.

Kita adalah sepasang sebab akibat yang diantarkan oleh semesta.

 

Komentar

Postingan Populer