Aku, Air dan Rasa Menerima

 



Aku, Air dan Rasa Menerima

“nanti kita lewat dari kiri ya, pas diujung jeram jangan lupa kayuh yang kuat, biar gak ditarik ke belakang” kataku pada mereka yang saat itu berada di sampingku.

.

Aku terjatuh tergulung oleh jeram yang saat itu ingin kulewati. dinginnya air membuat duniaku berhenti beberapa saat.

.

Bagimana bisa aku percaya akan semua ini.

Untuk semua hal yang telah kulalui.

.

Lebih dari apa yang kumiliki, aku berhak memilih jalan yang akan kulalui.

Ke arah mana dayungku ku kayuh, di tempat siapa perahuku bersandar nanti.

.

Kadang mereka tidak percaya, bagimana seseorang bisa sampai dan melewatinya?

Bukankah mereka harus sadar, bahwa tempat untuk bersandar adalah tempat yang ditetapkan untuknya, jalan yang dibukakan untuknya, karna tidak ada pilihan lain, atau dipilihkan untuknya.

.

Bukankah kita seharusnya percaya pada jalan yang ada untuk kita, rasa percaya yang diberikan bukan karena sebuah pilihan, tetapi karna sebuah penerimaan.

.

Setitik terang seolah menarikku ke permukaan, di situlah aku tersadar.

Aku telah memilih jalan yang keliru, mengayuh dayung ke arah yang salah, dan berlabuh di tempat yang tak berpijak.

.

Kekecewaan akan selalu timbul silih berganti, hingga akhirnya kita kembali dipaksa untuk memilih.

.

Menerima dengan apa yang di hadapkan, atau mengayuh ke jalan yang lain.

.

Di tempat di mana aku berlabuh.

Komentar

Postingan Populer