Nasi Soto Favoritmu
Nasi Soto Favoritmu.
Malam ini
turun hujan rintik rintik. Menambah suasana dingin dalam jiwa. Ku keluarkan
sepeda motorku. Ku tatap langit malam ini, gelap tak diterangi bintang bintang.
"
Aku keluar dulu ya kak " kataku pada kakak yang sedari tadi sedang
menonton tv.
"
Mau kemana hujan hujan begini ? Nanti sakit " sahutnya sambil berdiri
mendekatiku didepan pintu.
"
Gak kemana mana, mau keluar bentar aja kok " jawabku singkat sambil memakai
jaket ku "
"
Jangan balik larut ya, pakai mantel aja kalau mau keluar " sambil
memberikan mantel yang tergantung dibelakang pintu rumah.
Kakak
kembali masuk kedalam rumah, sedangkan aku mulai memacu sepeda motorku, aku tak
tahu kemana angin akan membawaku malam ini, mungkin sesuatu tempat yang kuharap
dapat membuatku sedikit tenang.
Aku tidak
begitu khawatir tentang hujan, apalagi sepeda motorku yang sudah tua ini. Hujan
membuatku damai, seolah sedang dipeluk oleh semesta, keresahan yang ku alami
gugur terbawa air yang jatuh basahi wajahku. Aku tahu motorku sudah lumayan
tua, tapi dialah teman setia yang tak pernah ragu menemaniku, saksi bisu, teman
ku bercerita dikala sendiri.
Ku pacu
sepeda motorku hingga sampai dijalan sempit yang biasa ku lewati, ku belok
sepeda motorku perlahan, dari kejauhan ku tatap rumah bertingkat diujung jalan.
Lampu kamarnya hidup menandakan ada orang didalamnya. Ingin rasanya aku
melihatmu berdiri diatas sana, menatapku yang mendekat dengan senyummu. Tapi
apa boleh buat, motorku mengajakku untuk segera berlalu. Dia mungkin tahu apa
yang dirasakan pemiliknya.
Jalan
demi jalan ku lalui, dingin hujan semakin menusuk kedalam tubuh. Hingga ku
sampai di suatu tempat, ku parkirkan sepeda motorku dan berjalan sambil
menggigil.
"
Kak, ooo kak, nasi sotonya masih ada ". Aku sampai di warung yang biasa
kami kunjungi, aku tahu seandainya kau ada disini, kau akan pesan nasi soto
kesukaanmu.
"
Masih ada bang, mau makan disini? " Tanya pemilik warung. " Sendirian
aja bang, kakaknya mana, kok gak di ajak". Belum sempat aku menjawab
pemilik warung langsung menanyakan mu, aku sejenak terdiam
kebingungan, " iya kak, si kakaknya lagi gak ikut, aku pesan satu ya kak
" jawabku seraya menyibak rambutku yang basah sembari berjalan ke pojok
ruangan.
Tak lama
berselang pesananku datang. " Ini bang nasi sotonya, kok abangnya hujan
hujanan sih, lagi galau ya " tanya pemilik warung sembari meletakkan
pesananku diatas meja.
"
Enggak kak, cuman kebetulan aja tadi kenak hujan, karna lapar sekalian makan
disini aja " jawabku singkat.
Dinginnya
hujan terobati dengan hangatnya nasi soto, kami sering makan malam bersama
diwarung ini, warung yang tak asing bagiku mendengar cerita ceritamu. Banyak
penjual nasi soto di daerah sini yang pernah kami kunjungi, tapi entah kenapa,
tempat ini jadi salah satu tempat favorit mu.
" Udah malam, jangan balik larut ya " gawaiku bergetar, ku baca pesan yang masuk. Sial aku lupa, tinggal aku sendiri yang tersisa diwarung ini. Pemilik warung sedang berberes untuk menutup warungnya. Sering kali rasanya kita jadi pelanggan terakhir diwarung ini, aku terlarut mendengar cerita ceritamu sampai lupa akan waktu.
" Malam ini aku enggak balik ya kak, aku nginap di tempat kawan, hujannya belum redah " balasku pada pesan yang sedari tadi sudah ku baca. Ku pacu sepeda motorku kesebuah kostan yang tak jauh dari sini. Sesampainya disana aku langsung memasukkan sepeda motorku kedalam kostnya.
“ gak ada, cuman pengen nyari angin aja, aku mau mandi, minjam bajumu ya, aku enggak bawa baju ganti” jawabku singkat sembari berjalan kekamar mandi.
sampai saat ini aku belum mengerti, betapa air membawa ketenangan bagiku, aku betah berlama lama berendam didalam air, aku suka bermain hujan, seolah air membawaku mengalir, menghilangkan keresahan dihatiku.
“ lu ngapain didalam, lama amat mandinya, jangan lu
habisin sabun gua ya “ teriaknya sambil menggedor pintu kamar mandi.
Komentar
Posting Komentar