Semesta Punya Cerita
“ mah, adek kan lulusan sarjana hukum, tapi kalau seandainya adek enggak
lanjutin kerja sesuai jurusan adek, mamah marah gak? ” tanyaku pada mamah saat
sedang dalam perjalanan untuk ziarah.
“ memang adek maunya kerja yang gimana?” tanya mamah padaku. Sial, aku enggak
tahu mau gimana lagi, bukan jawaban yang ku dapat, malah pertanyaan yang membuatku
bingung untuk menjawabnya.
“ mamah tahu kan kalau adek enggak suka politik, enggak suka lihat tingkah oknum penegak
hukum yang sesukanya saja, adek lebih milih jadi dosen, jadi pengajar, kalau enggak jadi pengusaha “ jawabku pada mamah.
“ iya, mamah tahu, tapi kan untuk jadi dosen atau pengajar itu enggak mudah,
harus kuliah lagi, harus belajar lagi “ kata mamah sambil memegang pundakku.
“ mamah sih maunya kamu kerja di kantor, dapat pekerjaan yang jelas masa
depannya, bisa bantuk ponakan kamu nanti, bisa bantu keluarga kita “ mamah
memperjelas jawabannya padaku.
“ iya mah “ jawabku singkat.
“ mamah itu enggak suka kalau kamu berangkat kesana kemari, mamah khawatir,
apalagi sekarang, kerjaannya kelapangan, suka naik gunung, main main sungai,
mamah khawatir kamu kenapa kenapa “ kata mamah padaku.
“ iya mah, adek juga enggak tahu mau gimana sekarang, mungkin untuk sekarang
kerjaan adek ya begini dulu, adek juga enggak mau kok begini terus, nanti kalau sudah ada rejeki pekerjaan yang baik, adek enggak kelapangan lagi kok, enggak main
main sungai lagi, tapi untuk sekarang ya begini lah dulu mah “ jawabku
meyakinkan mamah untuk tidak khawatir.
Hari ini aku kembali ke kampung tempat tinggalku, perjalanan yang cukup
melelahkan sebenarnya, tapi hari ini menurutku hari yang penuh dengan rasa
syukur, karena aku masih dapat melihat senyum tulus dari ibuku, senyum dari
wanita yang wajahnya sudah mulai keriput.
Kebetulan, kami sedang dalam perjalanan menuju makam ayah, mamah punya
kebiasaan mengunjungi makam ayah pada hari jumat, dan kebetulan hari ini aku
juga berada di kampung dan menemani mamah untuk ziarah.
.
“ mamah sudah selesai? “ tanyaku pada mamah yang sedari tadi membaca ayat al
quran disamping kuburan ayah.
“ sudah “ jawab mamah singkat sambil mengemasi barang bawaannya. “ kamu sudah
selesai “ tanya mamah padaku.
“ sudah mah “ jawabku yang sedari tadi menyapu di sekitar kuburan ayah.
Sebelum ayah meninggal, ayah sangat suka menanam bunga, bukan cuman bunga,
tapi tanaman tanaman lainnya juga, kata ayah sewaktu remaja, kalau dia menanam
sesuatu pasti tidak ada yang hidup, katanya tangannya panas, makanya sekarang
ayah suka sekali menanam tanaman karena tangannya yang panas sewaktu remaja
sudah dingin di usia tuanya.
Aku sering berkunjung kemakamnya, walaupun hanya sekedar menyapa dan menyiram
bunga yang kutanam. Begitu juga ketika aku datang atau sebelum pergi keluar
kota, selalu kusempatkan berpamitan padanya.
.
“ mana gadis yang mau jadi mantu mamah yang diceritain waktu itu “ tanya
mamah padaku tiba tiba.
“ gadis yang mana mah “ jawabku sambil kebingungan.
“ itu, yang kamu kenalin pas adek sepupu kamu ujian di medan ” kata mamah.
Pernah waktu itu ada adik sepupuku datang ke medan, dan kebetulan ada oleh
oleh yang dikirimkan untukku, waktu itu aku sedang dekat dengan seorang gadis
minang yang sengaja kubawa.
“ ohh yang itu, kan kata mamah enggak suka gadis minang, jadi gak adek kenalin
lah, nanti mamah diamin “ kujelaskan pada mamah sambil tertawa.
“ kenapa sih mamah gak suka kalau adek dekat sama gadis minang, kan gadis
minang itu cantik, baik, jago masak “ tanyaku pada mamah sambil menggodanya.
“ bukan gak suka, tapi mamah khawatir, itu lihat abang kamu sekarang gimana
“ mamah mulai bercerita padaku kenapa dia tidak begitu suka dengan gadis
minang.
“ iya mah, kan yang ini orangnya baik, lagian kan gak semua gadis minang
itu sama, yang ini baik kok, cantik lagi, kan lagian kalau udah rejekinya enggak
bisa di tolak “ aku tertawa sambil menggoda mamah yang sedari tadi serius
bercerita.
Mamah punya cerita tenang keluarganya dulu tantang gadis bersuku mingan,
dan menurutku itu hanya sebagian kecil yang tidak harus ku hawatirkan dalam
memilih pasangan.
.
Kali ini kepulanganku untuk meminta izin untuk pergi ke tempat yang lebih
jauh, aku tahu mereka akan khawatir lagi karna kali ini aku akan pergi ke
negara tetangga untuk mengikuti event arung jeram.
Beberapa minggu yang lalu, aku dapat kabar akan ada lomba arung jeram
internasional di malaysia, dan betapa beruntungnya, namaku direkomendasikan
sebagai salah satu juri disana. Sebetulnya sudah ada dua perlombaan yang
kulewatkan untuk berangkat, kalau kataku sih mungkin belum rejekinya karena
belum ada uang untuk berangkat.
Mungkin benar, apa yang kuceritakan diawal, aku memang tidak suka dengan
politik, aku lebih menyukai kebebasan, lebih suka hal hal yang berbau sosial
budaya, bukan jurusan hukum yang nantinya bisa jadi seorang pengacara, hakim
atau jaksa.
Waktu itu, untuk pertama kalinya aku menaiki pesawat karena ada perlombaan
di surabaya, itu pun dikarenakan aku mengikuti sertifikasi juri disana, dan
kali ini untuk pertama kalinya aku pergi keluar negeri karena perlombaan yang
sama, perlombaan arung jeram. Begitu banyak hal hal baru yang kudapat karena
berkegiatan di alam, hal hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya.
.
“ bang, aku mau minta tolong nih, aku mau berangkat ke malaysia, 4 hari
lagi aku berangkat tapi aku belum punya paspor, abang bisa bantu enggak ya?”
tanyaku pada seniorku
“ mau ngapain ke malaysia? “ tanyanya singkat melalui pesan chat.
“ ada perlombaan, aku jadi juri disana bg “ jawabku singkat.
“ untuk buat paspor biasanya butuh waktu seminggu, tapi kalau mau buat yang
siap salam satu hari biayanya besar, biayanya ditambah 1 juta “ katanya sambil
menjelaskan padaku.
“ kalau yang siap 1 hari, kira kira abang bisa bantu kan bang, abang tahu lah kondisi ku sekarang “ pintaku padanya.
“ yaudah, kita coba ya, datang saja ke kantor “ jawabnya singkat.
Mungkin ini menjadi pilihan yang cukup berat untukku, aku tidak tahu akan
jadi apa aku kedepannya, atau apa yang akan ku dapat setelah ini, mengeluarkan
biaya yang begitu besar disaat kondisi keuangkanku yang menipis.
“ baiklah, mari kita bertaruh, anggap saja sebagai batu loncatan untukku “ kataku
dalam hati sembari meyakinkan tekat. Aku tahu dengan posisiku sekarang aku
tidak bisa mengambil keputusan yang pasti, hanya bisa menyerahkan diri
sepenuhnya, mengambil resiko demi sebuha hal yang baru, aku yakin semua pasti
ada jalannya.
“ bang aku sudah di depan “ kukirim pesan singkatku padanya.
“ yaudah masuk aja kedalam, nanti jumpain abang disini ya “ jawabnya
singkat.
.
“ berkasnya mana, sini abang coba lihat “ sembari minta berkas persyaratan
untuk membuat paspor.
“ ini bg, kira kira ada yang kurang enggak bg “ kusodorkan berkasku padanya.
“ tunggu disini ya “ katanya singkat padaku sambil pergi berjalan membawa
berkas berkasku.
Sebelumnya aku sudah menyiapkan berkasku, aku pernah membantu kakak ku
untuk meyiapkan berkasnya sebelum dia berangkat umroh pada bulan sebelumnya,
jadi bukan hal yang asing menurutku untuk pendaftaran online dan menyiapkan
berkas pembuatan paspor baru.
Tidak berselang lama, dia kembali menghampiriku dengan membawa kertas
kecil.
“ ini fotocopy dulu ya, setelah itu ambil nomor antrian, diseberang, ikut
antri dan rekam foto “ katanya padaku sambil memberikan berkas yang sedari tadi
sudah disiapkan untukku.
Aku terdiam sejenak, tak tahu paspor jenis apa yang dibuat untukku dan
berapa biayanya.
Belum sempat aku keluar dari ruangannya dia berkata padaku “ bro aku tahu
gimana rasanya jadi di organisasi kita dulu, jadi ini aku bantu, yang reguler
biasanya selesai satu minggu dan yang siap satu hari itu biayanya besar, ini yang
reguler tapi siapnya 2 hari, karna aku thau kondisi kita gimana “
Betapa terkejutnya aku, sebenarnya aku sudah ikhlas untuk memilih percepatan
yang punya biaya tambahan, tapi semesta memberiku jalan yang lain, jalanku
dipermudah melalui hambanya, dan aku tidak perlu mengeluarkan biaya dan waktu
yang lebih.
“ terima kasih ya bang “ jawabku sambil tersenyum padanya.
Hahhh,, semesta punya cara yang tak bisa diterka, selalu punya kejutan
kejutan untukku. Aku berjalan meninggalkan ruangan yang sedari tadi membuatku
sedikit khawatir.
Semua proses sudah selesai, waktunya untuk menunggu, alhamdulillah, hari ini
hari yang penuh rasa syukur, rasa yang tak bisa kujelaskan dengan kata kata.
.
Semesta memang sulit untuk di tebak, tugas kita hanya membuat rencana dan
berusaha, sisanya serahkan pada-Nya untuk memutuskan. Terkadang kita sebagai
perantara untuk orang lain, dan terkadang orang lainlah yang menjadi perantara
untuk kita. Terima kasih ya allah, terima kasih atas segala nikmat yang engkau
berikan padaku.
Ingatkan jikalau aku salah, tegurlah, dan mudahkan jalanku untuk memperbaikinya.
Komentar
Posting Komentar