Man Jadda Wajada
Malamku begitu larut, senyumku tak berhenti, tawaku terbahak tapi tak
bersuara, hanya lantunan lagu dan suara air yang menemaniku. Kali ini berbeda,
aku terbawa dalam kisah yang penuh makna, aku terbang dan larut dalam sebuah
kisah.
Negeri 5 menara membawaku pada kisah seorang santri yang menuntut ilmu di
sebuah pesantren, aku terhanyut seolah menjadi santri ke 7 dalam cerita itu,
seoalah semua cerita berada di depanku, yaa, kejadiannya bisa aku rasakan.
Beberapa hari ini kondisi tubuhku sedang tidak baik baik saja, aku kalah
dalam aktifitasku yang banyak, begitu juga dengan hatiku, aku sedang berada
pada titik terrendahku.
Tapi kalian harus tahu, rahasiaNya memang begitu nyata untukku, disaat saat
sendiri hanya Dia yang selalu ada untuk ku, memberikan jalan untuk berdamai.
.
Hari ini begitu membosankan, aku tah tahu mau ngapain, kondisiku lagi
demam, tak bisa pergi kemana mana. Kubuka gawaiku, kucari buku yang menarik
untuk dibaca, niat awalku hanya mencari kata kata yang bagus untuk di posting,
sebagai pengalih perasaanku yang sedang tidak baik.
Ada beberapa buku yang menarik untuk dibaca, tapi tak tahu kenapa, aku
terpukau dengan sampul novel yang berwarna orange, mungkin karena kau suka
dengan warna itu mungkin.
Di sampulnya tertulis “ negeri 5 menara “ dengan gambar 5 menara yang
berpariasi. Kalau ku perhatikan dengan seksama, bentuk dari 5 menara itu adalah
ikon dari beberapa negara, kalau tidak salah, ada bangan monas dari indonesia,
menara mesjid al azhar, big bang dari inggris ,obselik dari mesir, dan menara
mesjid pondok pesantren Gontor, aku hanya menerka dari bentuknya.
Lambat laun mulai kubaca, kata demi kata, ahlaman demi halaman kubolak baik.
“ Man Jaddah Wajada ”, sebuah kaliamat yang sangat pupuler dalam novel ini,
seoalah menjadi sebuah mantra yang tak lepas dari pembentuk karakter dalam novel
ini.
Kau tahu bukan, kaliamat itu bukan hanya menjadi manta dalam sebuah cerita,
manta itu juga mengalir dalam diriku sebagai orang yang membacanya.
Cerita ceritanya menarik, membuatku tehanyut, seolah semua adegan dalam
novel yang kubaca kulihat dan kurasakan secara langsung. teriakan mereka membuatku
semakin bersemangat, tawa mereka membuatku tersenyum, bahkan jeweran telinga sang
karakter utama dapat kurasakan sambil memegang kupingku.
.
Terima kasih, mungkin akan menjadi sebuah pengalaman yang berharga untukku,
seolah ada dorongan yang membawaku melompat tinggi dari titik terrendahku,
melupakan semua kesedihan, dan mengajarkanku tentang ikhlas dan berusaha dengan
sungguh sungguh.
“ Man Jaddah Wajada “, sebuah mantra
yang sekarang menjadi penyemangat untukku.
Komentar
Posting Komentar