ODGJ - Jembatan Tua
“dimana aku sekarang, apakah ini akhir dari hidupku, gelap, semuanya telah
hilang” tubuhku terseret derasnya jeram, aku terbalik saat melewati jeram
dibawah jembatan tua itu.
.
“apa kau lihat zaki, dia exit. Kejar kayaknya, ikuti sampai kebawah,
kemungkinan dia terseret” teriak bima kepada raka yang sedari tadi menunggu
diatas kayaknya. Bima yang berdiri di pinggir jeram berlari mendekati kayaknya
dengan membawa tali lempar. Dia tidak melihat zaki setelah terbalik, dia
khawatir zaki terdorong kebawah oleh derasnya arus.
“aku kejar kayaknya, kau perhatikan zaki, jangan sampai lengah atau kita
akan kehilangan dia selamamnya.
Rasa khawatir tiba tiba melanda bima, dia tahu betul resiko bermain main di
jeram jembatan tua itu, aliran sungainya dihapit oleh dinding batu yang sempit,
dia khawatir bima terdorong kebawah dan tersangkut.
Nafasnya semakin cepat, matanya tajam menatap kesana kemari, debur jeram
yang kuat membuat jantungnya semakin berdetak kencang. Sesekali bima berjalan
keatas baru, tangannya dengan mantap memegang tali lempar, sewaktu waktu siap
dilemparkan jika melihat zaki diatas permukaan air.
Sudah 5 menit setelah raka pergi mengejar kayak zaki, tak ada kabar darinya,
tak ada bunyi pluit yang terdengar seolah semua telah hilang tertelan oleh
derasnya sungai.
.
“Aku berhasil menepikan kayaknya, sudah ku ikat dengan flipline, tapi
paddlenya tersangkut, aku tidak dapat menariknya” terdengar suara raka dari
kejauhan, raka berlari memberitahu bima. Tubuhnya tertunduk lemas setelah
berlari menaiki gundukan batu besar itu.
“kau tunggu disitu, biar aku menyusulmu” teriak bima pada raka. Bima berlari
menuju kayaknya, bersiap siap untuk turun ke sungai mendekati bima, jarak mereka
hanya 50 meter tetapi tertutupi oleh batu besar dengan jeram yang berbelok ke
kiri. Bima tahu jeram easydrop, setelah jeram itu sungainya sedikit tenang, dia
yakin raka menemukan kayak zaki di sana.
Dengan peralatan yang sudah terpasang, bima dengan mantap melewati jeram itu,
dia kemudian mendekati bima yang sudah berada di pinggir sungai.
“bagaimana, apa kau melihat zaki” tanya bima, tubuhnya dengan cepat keluar
dari kayak. Kayaknya ditarik ke tepi, dia berjalan mendekati raka yang mukanya
semakin pucat.
“aku berhasil menepikan kayaknya, sudah ku ikat diujung sana. Bagaimana dengan
zaki, aku tidak melihatnya dibawah, mungkinkah dia selamat, apa yang harus kita
lakukan” raka terduduk lemas dipinggir sungai, diantara mereka bertiga, raka
adalah orang yang paling khawatir jika terjadi sesuatu, dia yang paling muda
diantara mereka, jarak mereka terpaut 2 tahun dengan zaki dan bima.
“jangan panik, kalau kamu seperti itu aku juga ikut khawatir, dalam situasi
seperti ini kita harus tetap tenang, kita hanya bisa berdoa semoga zaki bisa
selamat” bima berjalan mendekati raka, sambil memegang pundaknya, bima berkata “ayo
kawan, kita lihat kebawah, kita hanya bisa berharap zaki dapat selamat”
Mereka melanjutkan pengarungan, kayak zaki diikat dibelakang kayak bima,
dengan mata yang memburu mereka menyisiri aliran sungai berharap menemukan zaki
bersandar atau tersangkut di atas batu.
.
“kau tidak datang kemari?, kita sedang kedatangan tamu, coba tebak siapa
tamunya”. Gawaiku berbunyi, ada notifikasi yang muncul dipojok bawah monitorku,
sebuah pesan dari bima. Aku yang sedari tadi asik bermain games Need For Speed
teralihkan oleh isi pesan itu. Siapa yang datang?, ada tamu, siapa yang bertamu
di akhir pekan begini. Banyak orang yang berlibur diakhir pekan, bagaimana bisa
seseorang bertamu ke basecamp yang membosankan itu.
Ahhh sial, bunyi pesan itu terngiang di kepalaku, aku penasaran siap yang
bertamu, sudah lama tidak ada yang bertamu ke basecamp itu. “katanya dia sedang
mencarimu, cepat kemari sebelum dia bosan menunggu”, notifikasinya muncul lagi. Mencariku, siapa tamu itu, kenapa dia mencariku, apa yang dia cari
dariku. Semakin lama pesan itu ku abaikan, semakin besar rasa penasaranku.
Sial, aku gagal, mobilku tertangkap polisi, ini karna aku terlalu
memikirkan pesan dari bima. Dengan kesal aku berjalan bangkit dari kursi lipatku. “otw”
jawabku singkat pada bima. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 siang, tidak
terasa aku sudah bermain terlalu lama. Kulemparkan gawaiku keatas dipan tua yang berantakan,
kuambil kanduk yang tergantung dibelakang pintu kamarku dan berjalan ke kamar
mandi.
.
“katanya mau datang, mana?, kami sudah lama menunggu” pesan bima datang
lagi, kali ini diikuti dengan stiker minion yang memukul temannya yang bermata satu. "kau
tidak datang, kau akan merugi kawan” kata bima didalam pesannya. Aku tak
membalas pesan itu. Aku telah siap dengan pakaian terbaikku, kupacu sepeda
motor tua ku melewati kemacetan jalan, jarak dari rumahku sekitar 20 menit dan Tak
butuh waktu lama, sepeda motorku sudah melewati pintu gerbang reot itu. Aku melihat bima dan
yang lain duduk dibawah pohon didekat meja batu. Semua wajah kukenal, tapi, siapa gadis itu?, apakah dia tamu yang bima katakan. Kenapa dia mencariku. Apa yang
dia cari dari aku.
Sepeda motorku sudah terparkir didepan gedung kuning yang dikeliling pohon
rindang. Dari kejauhan kulihat bima dengan wajah tersenyum melambai kepadaku. Aku
tahu senyuman itu, senyuman meledek khas bima.
Komentar
Posting Komentar